Sunday, December 18, 2011

Kick Andy : Mencari Akar di Luasnya Dunia

Kisah bertemunya ibu dan anak yang terpisah 30 tahun (kisah nyata)







Baca dan resapilah dengan hati :)


Dia berpisah dengan orangtuanya saat berusia 14 hari.
Kiyati anak pertama pasangan Mulyati dan Kaswadi, warga Desa Jatirejo, Kecamatan Gunungpati,Kabupaten Semarang. Letak desa ini lebih dekat dengan Salatiga daripada Semarang. Orangtua Kiyati menyerahkan anaknya kepada keluarga List, warga Jerman yang saat itu (1970-an) bertugas di Salatiga. List yang keturunan Turki waktu itu mengajar sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi swasta di Salatiga.

Orang tua Kiyati dengan sadar menyerahkan anaknya kepada keluarga itu, karena secara ekonomi, Mulyati dan Kaswadi tidak sanggup membiayai kelangsungan hidup Kiyati dan masa depannya. Saat melahirkan Kiyati,
usia Mulyati masih sangat muda, 16 tahun, sementara suaminya baru 20 tahun. Mereka tidak pernah mendapatkan pendidikan formal, sehingga tidak bisa baca-tulis.

Saat itu suaminya menyatakan tidak sanggup membiayai Kiyati. Oleh sebab itu, "Kami rela memberikan Kiyati kepada keluarga List. Kami ikhlas memberikan Kiyati kepada keluarga itu agar nantinya Kiyati bahagia dan bisa bekerja," kata Mulyati.Apa yang dirindukan Mulyati memang menjadi kenyataan.

Setelah usia Kiyati dua tahun, keluarga List kembali ke negaranya, Jerman. Kiyati dibawa serta. Kiyati hidup di Jerman layaknya orang Jerman. Dia dididik ala orang Jerman. Saat berbicara, dialeknya pun bukan layaknya orang Indonesia, apalagi anak desa yang dilahirkan dari pasangan Mulyati dan Kaswadi. Kiyati telah berubah menjadi orang bule.Seperti harapan yang juga menjadi doa orangtuanya, Kiyati pun meraih sukses di Jerman. Karena kesuksesan itu pulalah Kiyati banyak memberikan bantuan dana dan tenaga kepada masyarakat negara tempat di mana dia dilahirkan ketika bencana tsunami melanda Indonesia pada Desember 2004.

Datang ke Indonesia, Kiyati bertemu dengan mitra kerjanya, Dyah Narang Huth yang belakangan menjadi "gurunya" untuk belajar bahasa Indonesia,
adat istiadat dan budaya Indonesia. Dyah juga mengajari Kiyati menari tari Bali dan peta/geografi Indonesia. Dari pertemuan inilah, tercetus niat Kiyati untuk menengok desa, tempat di mana dia dilahirkan, bertemu dengan ibu dan saudara-saudaranya. Kiyati menjelaskan, dia baru mengetahui bahwa dia bukan anak pasangan List saat usianya empat tahun.

"Orangtua yang mengadopsi saya sengaja memberitahukan siapa sebenarnya saya agar nantinya saya dapat mengetahui sejarah siapa yang melahirkan
saya. Mereka juga mau agar saya tahu bahwa saya dilahirkan di Indonesia," katanya. Karena orangtua angkatnya sangat menghormati asal usul Kiyati, mereka juga sengaja tidak mengganti namanya.Kiyati adalah nama pemberian orangtuanya yang berarti hati yang kuat.

Sebelum memutuskan untuk bertemu dengan ibundanya,17 tahun yang lalu, Kiyati yang saat itu berusia 14 tahun. juga pernah mengunjungi Indonesia dan bertemu dengan orangtuanya di Salatiga. Namun, pada saat itu, Kiyati mengaku tidak siap mental dan mengalami stres."Mungkin pada waktu saya masih terlalu muda. Saya merasa belum punya hubungan batin. Ini mungkin karenasaya terbiasa diasuh oleh ibu saya yang Jerman. Jadi ketika bertemu dengan ibu kandung saya pada saat itu,saya merasakan ada hal yang aneh," katanya.

Sedangkan untuk yang kedua kali ini, Kiyati menyatakan sudah siap mental, karena berbagai persiapan telah dilakukannya dengan sangat matang. Untuk keperluan ini,Kiyati berguru kepada Dyah Narang Huth.Kepada Kiyati, Dyah memberi tahu misalnya kebiasaan orang Indonesia, khususnya yang lebih muda untuk memanggil "Mbak" atau "Mas" kepada orang yang usianya lebih tua. Karena itu, kata Dyah, Kiyati harus siap jika ada yang memanggilnya dengan sebutan "Mbak" sebelum menyebut namanya, Kiyati. Hitung-hitung Kiyati belajar bahasa Indonesia dan tentang Indonesia kepada Dyah selama
40 jam.

Kiyati kini benar-benar siap bertemu dengan ibu kandungnya, Mulyati yang sekarang bekerja sebagai buruh tani. Sementara itu kepada tim Kick Andy yang menemuinya di rumahnya di Desa Jatirejo, Mulyati mengungkapkan
pula ingin segera bertemu dengan anak pertamanya itu."Bagaimanapun juga dia anak saya."Karena tidak sabar bertemu, sebuah surat pun disiapkan
Mulyati—ditulis oleh adik tiri Kiyati—untuk disampaikan kepada Kiyati lewat tim Kick Andy yang rekamannya ditayangkan dalam acara Kick Andy.

Menyaksikan tayangan itu, Kiyati menyatakan terharu dan emosional."Saya jadi ingin segera bertemu dengan ibu kandung saya,"kata Kiyati.
Pada saat itu, Kiyati mengatakan, baru akan menemui ibunya seminggu lagi. Namun sebelum bertemu dengan sang ibu, tim Kick Andy menyerahkan surat Mulyati kepada Kiyati dan meminta kepada Kiyati untuk membacanya.
Dengan suara terpotong-potong karena logat Jerman-nya. Kiyati pun membaca surat Mulyati yang isinya seperti ini:

"Kepada Yang Terhormat Mbak Kiyati di Jerman.
Assalamualaikum.
Kepada Yang Tercinta Mbak Kiyati di Jerman. Mbak Kiyati, apa kabarnya di Jerman? Baik-baik saja. Kami yang ada di kampung baik-baik saja.
Ibu-bapaksehat-sehat. Selama Mbak Kiyati tinggal di Jerman, di sapa
merasa bahagia. Kami juga merasa bahagia.
Adikmu selalu mendoakan Mbak Kiyati mengirimkan sesuatu kepada Ibu Mulyati. Ibu merasa bahagia dan ingin berjumpa dengan Mbak Kiyati. Selamat bahagia. Sampai bertemu di rumah.
Assalamulaikum."

Guna menyambut pertemuannya dengan sang bunda,Kiyati pun mempersiapkan sesuatu untuk diberikan kepada Mulyati, yaitu sebuah bingkai foto yang di dalam ada empat buah foto Kiyati sedang melakukan aktivitas, antara lain menari Bali. Lewat Kick Andy, Kiyati lalu berpesan kepada ibunda sebagai berikut:

"Hai Mom, saya sudah ke sini.
Saya tidak sabar ingin segera bertemu. Tunggu saya di Salatiga.
Saya cinta kamu, tunggu sampai saya datang."

Di luar dugaan Kiyati, tim Kick Andy menghadirkan sang ibu dan adik tirinya ke studio. Kejutan buat Kiyati.Berderai air mata, Kiyati memeluk sang bunda yang tampilannya sangat lugu, bertolak belakang dengan Kiyati yang telah berubah menjadi "orang bule". Air mata pun menetes di pipi para hadirin yang menyaksikan acara tersebut di studio.Dan inilah kata-kata yang diluncurkan Kiyati untuk sang ibu:

"Saya cinta kamu!"

Mereka berdua, ibu dan anak
yang terpisah 30 tahun lamanya itu lalu larut dalam tangis
kebahagiaan.

Source : kaskus

Saturday, December 17, 2011

I Remember You !

TRACESA at ExoBatika 2009 :)



Take a look ! That was our GREAT performing at ExoBatika, Grand Indonesia. Exhausted but so HAPPY :)






When Tracesa performed in the opening .. SPECTACULAR !!





Luci in action ! Good sight .. Amazing !





TRACESA with Seniors..

Ada kak ajeng, kak devi ama Bani lagi pake kostum Tari Betawi "Lenggang Nyai"

Mix senior and junior wore blue and yellow saman's costum. Looks so glamor, guys !

LONG LIVE TRACESA .. WE LOVE YAA ! ♥


Spread smiles :)


Tuesday, November 29, 2011

You Are The One !

Once, i definetely didn't know the kinda man that i dreamin' of. When i was in highschool, i had a bad-dark days i've ever experienced before. Ah just let it go !. I don't want remember that anymore!

Then, Thank God ya Allah! you have brought us together to the present. i still don't believe that i found the man of my dream eventually. That is YOU , Asyraf!

To me, you're loving family -especially for Mom. You're smart-brilliant, helpfull, caring -always help anyone in difficulty, open-minded, understanding, humble, hopefull, positive-thinking, easy-going. You got a big responsibility and big leadership and also big spirit. Cool, charming, confident, flexible with anyone. Hmm.. romantic -even you never realize that, i love your jokes, your eyes -the way you look at me. You are kind of a visionary, i love then i learn your motivations and all of your mottos in life, you gimme lessons of what you always type on and text on twitter and facebook. I'd rather hear your story coz i like the way you tell your stories, I like your kindness, i like your extrovert, . You're absolutely different than other guys i've ever known. You're the best person i've ever had -after my family.

One thing that i'm always thinking of is how can i make you happy???
I just wanna make you happy with me, no matter how the way i could do. I don't wanna hurt you. I'm thinking of what and when i could do all that then finally can give you a happiness, i need something for you, need time together. But i haven't been finding the right time to do that. Many complications i faced of. And I know you're busy though i never know what things that makes you so busy. I'm afraid if i bother you of what you doing. That's why i rare giving you messages. That's fine don't worry be happy. Hope we can understand each other.

Talking about your past, i suggest you to forget all that you had been through at that time and made you depressed. Besides, i'm glad that you had a super-real-bestfriend in your entire life. That is Frank. I trust and feel so amazed when you told about your bestfriend. We thank you, Frank! you had given my sweetheart many lesson of life and so do i. Thanks to You and Frank who spread many positive sides to me and many people who knows you two.

There might be also something from you that i don't want to tell. I just accept anything you have coz i don't wanna lose you. That's why You Are The One !

Thank you A for your all of kindness. I promise i would not make you dissappointed. You are the one of my future. Hope you bring me to a happiness and so do i to you. I trust that you could give me good guidance start from this day, tomorrow, the next day, then over and over again. You are my LOVEBIRD!

Thanks to Mom and Dad for supporting me :D

FINALLY I WISH I COULD MAKE MY JOURNEY WITH YOU THROUGH ETERNITY :)





I LOVE YOU, Asyraf ! ♥ :)

Saturday, November 26, 2011

Antara Kehidupan di Pedesaan dan Perkotaan

Ada perbedaan dari orang-orang yang tinggal dan hidup di pedesaan dan di perkotaan. Mungkin kita sering mendengar kata-kata atau julukan "wong deso" bagi orang yang tinggal di pedesaan. Sedangkan jika kita tinggal di daerah perkotaan, sebutan "anak kota" juga tidak asing didengar. Hidup di daerah pedesaan memang terasa menyejukkan hati dan pikiran, apalagi cocok bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan pikiran yang stres dan jenuh. Pemandangannya pun lebih indah di pedesaan yang asri, alami, dan bisa disebut "Green everywhere". Masyarakat disana juga ramah-tamah, pekerja keras dan saling gotong-royong. tapi, sayangnya jika dipandang dari segi pendidikan, sebagian besar anak-anak pedesaan kurang mendalami pentingnya sekolah dan pendidikan. Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi orang tua mereka sehingga sulit untuk membiayai uang pendidikan dan bisa mengurungkan cita-cita mereka. Maka dari itu, di setiap tahunnya sering masyarakat pedesaan berdatangan ke daerah perkotaan karena ada tujuan untuk mencari nafkah yang lebih sebagai alasan mereka berurbanisasi.

Lain cerita jika seseorang hidup di daerah perkotaan. Setelah kita mengetahui dan meng-survei bahwa sebagian besar hidup di desa itu sangatlah sederhana, tinggal di kota itu justru kebalikan dari tinggal di desa. Kehidupan masyarakat di kota, contohnya di Jakarta yang memang merupakan kota besar di Indonesia dan terkenal dengan Kota Metropolitan karena padatnya manusia yang mengkerubuni kota Jakarta sehingga macet terjadi dimana-mana. Hawa-hawa di Jakarta memanglah panas karena polusi yang setiap saat terjadi. Selain itu, berdasarkan yang saya lihat dari orang-orang sekitar yang tinggal di perkotaan seperti kota Jakarta, gengsi merupakan salah satu alasan mengapa orang ingin hidup di perkotaan. Sering saya dengar tujuan hidup di kota adalah karena gengsi, ingin gaya2an, bisa hidup mewah, ingin ini ingin itulah, segala macam. Ini juga berlaku di kota-kota lainnya selain Jakarta. Mengenai pendidikan di perkotaan memang layak diancungi jempol karena banyak anak-anak yang berprestasi di tempat-tempat pendidikan mereka. Hal ini terjadi karena sebagian besar bahwa secara ekonomi tidak dijadikan masalah, sebab gaji bekerja di perkotaan memang lumayan memuaskan.

Hanya beberapa yang saya jelaskan tentang rasanya hidup di desa dan di kota. Kita jangan terlalu bangga hidup berlebih-lebihan di perkotaan yang kita tinggal, tetapi di desa pun jangan pula hidup statis, monoton dan harus mampu berpikir jauh yang positif demi masa depan diri sendiri dan orang lain, dan pastinya tetap berjuang.

Friday, November 18, 2011

Pelapisan sosial dan kesamaan derajat

Dalam masyarakat dimanapun di dunia, akan selalu dijumpai keadaan yang bervariasi, keadaan yang tidak sama. Satu hal yang tidak dapat kita sangkal adalah bahwa keadaan di dunia selalu bergerak dinamis. Dari segi alam ternyata bahwa tumbuhan tumbuhan, tumbuh mulai dari kecil hingga besar dan dapat menghasilkan buah. Demikian dalam kenyataan terlihat ada pohon besar dan pohon kecil, jenisnyapun berbeda.
Demikian juga dengan masyarakat. “ masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan dimana mereka merupakan sistem hidup bersama. Unit terkecil masyarakat adalah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak. Di kantor ada atasan, bawahan.. diperusahaan ada majikan, buruh. Bahkan dalam penduduk pun kita temui katagori penduduk berpendapatan rendah, penduduk berpendapatan sedang dan penduduk berpendapatan tinggi.

Kenyataan-kenyataan yang terlihat ini menunjukkan baha didalam kehidupan manusia, maupun kehidupan alamterdapat adanya tingkatan/lapisan didalamnya; pelapisan terdapat sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat. Pelapisan maskudnya adalah keadaan yang berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat. Istilah pelapisan diambil dari kata stratifikasi. Istilah stratifikasi berasal dari kata stratum ( jamaknya adalah strata, yang berarti lapisan). Pitirim A sorokin mengatakan bahwa pelapisan sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchies). Perwujudan dari gejala stratifikasi sosial adalah adanya tingkatan tinggi dan rendah. Dasar dan inti lapisan-lapisan didalam masyarakat adalah karena tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak, kewajiban dan tanggung jawab, serta dalam pembagian nilai-nilai sosial an pengaruhnya diantara anggota masyarakat.
Di dalam suatu masyarakat, pasti ada sesuatu yang paling dihargai oleh masyarakat. Bagi masyarakat agraris, tanah adalah sesuatu yang paling dihargai; bagi masyarakat industri, uang adalah sesuatu yang paling dihargai. Pada masyarakat kota, pendidikan dapat merupakan hal yang paling dihargai. Sumber-sumber seperti uang,tanah, pendidikan akan menyebabkan adanya pelapisan. Jadi mereka yang memiliki uang, tanah ataupun berpendidikan tinggi akan menempati lapisan atas suatu masyarakat. Golongan lapisan tertinggi dalam suatu masyarakat tertentu, dalam istilah sehari-hari juga dinamakan “elite”. Dengan demikian pelapisan berarti bahwa dalam masyarakat ada sejumlah kelompok masyarakat yang mempunyai posisi berbeda-beda dalam tata tertib sosial masyarakat, dimana golongan-golongan itu mendapat atau menikmati hak-hak tertentu.

Berarti tidak semua perbedaan posisi di dalam masyarakat menunjukkan adanya pelapisan di dalam masyarakat. Misalnya kedudukan suanmi sebagai kepala keluarga ataupun kedudukan pemuda dalam masyarakat tidak membentuk suatu lapisan tertentu didalam masyarakat yagn mempunyai hak-hak tertentu.

Setiap individu sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Hak dan kewajiban akan terlihat dalam kedudukan (status) dan peranan (role) yang dijalankan individu tersebut. Kedudukan dan peranan merupakan unsur pembentuk terjadinya pelapisan didalam masyarakt. Yang dimaksud dengan kedudukan adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya didalam kelompok tersebut, atau tempat sebuah kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya didalam kelompok yang lebih besar lagi. Misalnya status sebagai anak didalam keluarga; status guru di sekolah ataupun status Indonesia di organisasi PBB.

Dalam kenyataannya setiap individu memiliki lebih dari satu kedudukan. Budi, misalnya sebagai kepala keluarga mempunyai status sebagai kepala keluarga, ataupun status sebagai anak dari orang tua, bisa juga status sebagai pegawai atau status sebagai anggota organisasi olahraga. Dari statusnya, individu mempunyai Hk dan dibebani kewajiban. Ebagia pegawai ia mempunyai hak untuk menerima penghasilan, hak untuk mendapat cuti, hak untuk mendapat pengobatan, dan lain-lain. Sebaliknya iapun mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dijalaninya sesuai dengan kedudukannya; yaitu mengerjakan pekerjaan sesuai tanggnungjawab dan kedudukannya tersebut. Dengan demikian hak dan kewajiban ini ibarat mata uang yang bersisi dua, yang berinteraksi satu sama lain.

Sumber : Mercubuana. Kesamaan Derajat. http://journal.mercubuana.ac.id/data/ISD-6.doc

Friday, November 11, 2011

NEGARA DAN WARGA NEGARA

Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak, yang tampak adalah unsur-unsur negara yang berupa rakyat, wilayah, dan pemerintah. Salah satu unsur negara adalah rakyat. Rakyat yang tinggal diwilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah bagian dari penduduk suatu negara. Warga negara memiliki hubungan ndengan negaranya. Kedudukannya sebagai warga negara menciptakan hubungan berupa peranan, hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik.

Kewarganegaraan memiliki keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan anatara negara dengan warga negara. Kewarganegaraan adalah segala hal ihlawal yang berhubungan dengan negara.

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Kewarganegaraan dalam arti Yuridis

Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang –orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada dibawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum , misalanya akta kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dsb.

b. Kewarganegaraan dalam arti Sosiologis

Kewarganegaraan dalam arti sosilogis tidak ditandai dengan ikatan hukum. Tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari penghayatan warga negara bersangkutan.

Kedudukan Warga Negara Dalam Negara

Penentuan Warga Negara

Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dar suatu negara? Setiap negara berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan perkawinan.

Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisikelahiran dikenal dua asas yaitu asas ius soli dan ius sanguinis . Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata solum yang artinya negari atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.

a. Asas Ius Soli

Asas yang menyatakan bahawa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut dilahirkan.

b. Asas Ius Sanguinis

Asas yang mennyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang ditentukan beradasarkan keturunan dari orang tersebut.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek perkawinan yang mencakupa asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat :

a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu ikatan yang tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam menyelenggarakan kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas ini diusahakan ststus kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.

b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama untuk menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi mereka dapat berbeda kewarganegaraan seperti halnya ketika belum berkeluarga.

Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas yang dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu negara tidak terikat oleh negara lain dalam menentukan kewarganegaraan. Negara lain juga tidak bolej menentukan siapa saja yang menjadi warga negara dari suatu negara.

Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas problem kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan bipatride. Appatride adalah istilah untuk orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan ganda (rangkap dua). Bahkan dapat muncul multipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2)

Warga Negara Indonesia

Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara . ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut :

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara

2. Penduduk ialah waraga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia

3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang

Beradasarkan hal diatas , kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi warga negara Indonesia adalah :

a. Orang-orang bangsa Indonesia asli

b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga negara

Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Pewarganegaraan adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan . Dalam Undang-Undang dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh memalului pewarganegaraan.

Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon juika memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Telah berusia 18(delapan belas) tahun atau sudah kawin

2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima)tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut

3. Sehat jasmani dan rohani

4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun

6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi kewarganegaraan ganda

7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap

8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara

Hilangnya Kewarganegaraan Indonesia

Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.

Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.

Dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh Presiden atas permohonannya sendiri , yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan

Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden

Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undngan hanya dapat dijabat oleh warga negara Indonesia

Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut

Tidak diwajibkan tapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yangbersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing

Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya.

Bertempat tinggal diluar wilayah negara republic Indonesia selama 5 (liama0 tahun berturut-turut bukan dalam rangaka dinas negara, tanpa alas an yang sah dan dengan sngaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonedia sebelum jangka waktu 5(liama) tahun itu berakhir dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernytaaan ingin tetap menjadi warga Negara Indonesia kepada perwakilan RI yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal perwakilan RItersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.

Perempuan warganegara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga asing kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.

Laki-laki warganegara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga asing kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut. Atau jika ingintetap menjadi warga negara RI dapat mengajukan surat pernyaataan menganai keinginannya kepada pejabat atau perwakilan RI yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut , kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Surat pernyataan dapat diajukan oleh perempuan setelah 3(tiga) tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung.

Setiap orang yang memperoleh kewarganegaraan RI berdasarkan keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau terjadi kekeliruan mengenai orangnya oleh instansi yang berwenang, dinyatakan batal kewarganegaraannya. Menteri mengumumkan nama orang yang kehilangan Kewarganegaraan RI dalam Berita Negara Republik Indonesia

Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia meliputi :

a. Asas Ius Sanguinis, yiatu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarakan keturunan bukan negara tempat kelahiran

b. Asas Ius Soli scera terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan berdasarakan negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang

d. Asas kewaraganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

Friday, November 4, 2011

PEMUDA DAN SOSIALISASI

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.

Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social, seperti keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa. Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan lingkungan kerja

adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.

Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi.

Pemuda dalam pengertian aalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat dengan pasti. Ditinjau dari kelompok umur, maka pemuda Indonesia adalah sebagai berikut :

Masa bayi : 0 – 1 tahun

Masa anak : 1 – 12 tahun

Masa Puber : 12 – 15 tahun

Masa Pemuda : 15 – 21 tahun

Masa dewasa : 21 tahun keatas

Diliaht dari segi budaya atau fungsionalya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa, dengan perincian sebagia berikut :

Golongan anak : 0 – 12 tahun

Golongan remaja : 13 – 18 tahun

Golongan dewasa : 18 (21) tahun keatas

Usia 0-18 tahun adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun keatas dipandang telah memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun adalah usia yang telah diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik pemerintah maupun swasta

Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu.

A. Pemuda Radikal

Pemuda radikal adalah Mereka yang berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner. Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan tindakan menguntungkan bagi dirinya sendiri, sekalipun dalam kenyataannya merugikan.

Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial. Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan pandangan hidup yagn dianut masyarakat. Sebagai makhluk individual artinya tidak melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi disertai ras tanggung jawab terhadap diri sendiri,terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.

B. Pemuda Nakal

Pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial. Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan pengoreksi.

Namun Sebagai mahluk sosial ada saja suatu kesalahan yang membuat pemuda terjerumus ke arah yang tidak baik sehingga pemuda di cap buruk oleh masyarakat. Sebagai makhluk individual pemuda tidak seharusnya melakukan tindakan sesuka hati namun harus berpikir panjang dan tahu apa konsekuensinya yang akan dihadapinya nanti.

Dengan proses sosialisasi,seorang pemuda menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya

http://bagusikhwani.blogspot.com/2011/03/pemuda-dan-sosialisasi.html

Friday, October 28, 2011

Kepribadian saya, Keluarga dan Kehidupan Masyarakat Sekitar

Assalamu'alaikum.

Pada posting kali ini saya akan membahas tentang kehidupan saya pribadi, keluarga dan masyarakat di sekitar saya.

Saya tinggal bersama kedua orang tua dan satu saudara laki-laki di Pondok Kelapa, sedangkan saudara perempuan saya sudah bertempat tinggal sendiri karena sudah berkeluarga. Dulunya, ibu saya ingin memberikan saya dengan nama Natasha, tetapi berhubung keluarga saya asal sunda, tiba-tiba nenek saya langsung memberi saya dengan nama Ai yang artinya adik.

Kehidupan saya di Jakarta memang biasa-biasa saja. Saya terbiasa hidup sederhana dengan keluarga saya. Segala hal saya selalu diajarkan untuk mandiri dan tidak boleh memiliki rasa ketergantungan dengan orang lain. Misalkan saya harus mampu membantu pekerjaan ibu rumah tangga artinya semua pekerjaan yang dilakukan seorang pembantu itu bukan berarti kita harus menyerahkan sepenuhnya. Ibu selalu mengingatkan "Pembantu itu juga manusia, juga perlu istirahat dan juga perlu dibantu". Selain itu, saya juga tidak dibiasakan dimanja-manja oleh orang tua karena manja itu akan berdampak buruk pada anaknya kelak sudah besar nanti dan akan berpengaruh pada karakter seorang anak terhadap masa depannya. Mungkin ada hal yang harus diketahui oleh para bloggers yaitu saya ini sangat hobi melukis wajah seseorang. Bisa dibilang saya memiliki lukisan aliran realistis dan Alhamdulillah saya bisa menyimpan uang saku sendiri dengan hasil keringat saya sendiri dari jasa lukisan yang saya buat untuk orang yang memesan kepada saya. Tetapi sayangnya saya sudah sibuk dengan kuliah dan tugas-tugas kampus sehingga saya berkeputusan untuk vakum sementara dan terpaksa saya harus tolak semua orderan lukisan. Inilah yang membuat saya berpikir kedepan dengan keuangan saya sendiri karena akan berpengaruh dengan keuangan keluarga saya pula.

Sekarang mengenai keluarga saya. Saya ini anak ketiga dari tiga bersaudara, kakak pertama bernama Tika dan kakak kedua saya bernama Adam. Kakak saya, Tika, lulusan S1 Teknik elektro, Universitas Indonesia, sedangkan Adam lulusan D3 Manajemen Informatika dari Universitas Gunadarma dan sedang melanjutkan studi S1 jurusan Sistem Informasi. Kehidupan keluarga saya ini juga sederhana karena orang tua saya cinta akan kesederhanaan. Ayah saya pensiunan dari pegawai negeri sipil bagian Dinaskertrans DKI Jakarta. Ibu saya seorang fesyen desainer karena mempunyai keahlian turun temurun dari kakek saya yang juga seorang desainer -Kakek saya sudah meninggal sejak 8 April 2011-. Rencananya saya akan mengikuti jejak kakek dan ibu saya dalam bidang fesyen, tetapi saya lebih mencintai lukis-melukis di secarik kertas dengan pensil biasa.

Kemudian mengenai masyarakat di lingkungan luar rumah saya ini identik dengan kekompakan dari tetangga ke tetangga. Satu sama lain kita sering bersilaturahmi dari rumah ke rumah dengan memberikan sedikit hidangan buatan ibu-ibu tetangga. Pepatah bilang "Tak kenal maka tak sayang", lebih banyak kita mengenal orang-orang, insyaallah lebih banyak pahala dan rezeki yang kita terima. Hal itu juga menambah tali persaudaraan kita terhadap sesama. Pastinya, kita juga merasa dihormati oleh orang yang kita hormati pula. Saya merasa sangat enjoy and happy berada di lingkungan rumah saya. Tetapi bukan berarti saya akan mati bersosialisasi di luar rumah. Saya sangat berkeinginan untuk ikut organisasi-organisasi di kampus atau komunitas lainnya. Mungkin dulu saya memang introvert, tetapi kali ini saya bertekad untuk mengurungkan karakter saya tersebut karena hal itu akan mempengaruhi pada masa depan saya nanti.

Baik, mungkin cukup sekian membahas kepribadian saya, keluarga saya dan masyarakat di sekitar rumah saya. Semoga anda menikmati postingan saya


Trims

ai nenden :)

Thursday, October 20, 2011

Permasalahan Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan

MASALAH KEPENDUDUKAN DI JAKARTA

Kayaknya ibukota kita tercinta, Jakarta, kini bukan menjadikan stres dan pusingnya Gubernurnya saja si Abang Kumis, tapi telah membikin puyeng jutaan orang yang menyesaki kota metropolitan itu. Masalah yang tiap hari diungkit-ungkit oleh masyarakat, adalah macet, banjir, kejahatan jalanan, transportasi umum yang gak memadai, kaki lima, pengasong, pengemis, dll, sebenarnya bersumber utama pada jumlah penduduk Jakarta yang sudah keterlaluan.

Bagaimana tidak, Jakarta dari dulu sudah menjadi magnet lampu pijar yang sangat digemari oleh laron-laron di segala penjuru Nusantara. Hampir semua masyarakat menganggap kalo Jakarta dapat menjadi ladang penghidupan apapun profesi dari 'kasta' yang tinggi hingga rakyat jelata. Mereka akan berbondong-bondong 'setelah lulus sekolah', 'setelah lulus kuliah', 'setelah sudah besar', 'setelah berpengalaman', dan 'setelah-setelah lain'. Sehingga, prosentase tinggal di daerah semakin kecil akibat kepinginnya orang-orang untuk mengadu nasib di Jakarta.

Sementara itu, Jakarta kota yang memiliki berbagai lahan yang sangat terbatas, terutama alamnya, mulai dari tanahnya, airnya, tempat tinggalnya, jalannya, tempat jualannya, dan tempat cari nafkahnya. Maka, jika setiap tahun (biasanya setelah lebaran), orang berduyun-duyun datang, maka apa jadinya bila orang yang berduyun-duyun itu 'tidak memiliki' (pekerjaan, keahlian, keterampilan, tidak memiliki rumah, tidak miliki uang, dll), jadinya mereka memenuhi kondisi space yang terbatas. Dan orang yang berduyun-duyun juga 'membutuhkan' segala keperluan dan sesuatu.

Ada yang butuh transportasi, mobil, motor, angkutan umum, dll, uang, tempat tinggal, butuh untuk membuang (termasuk sampah dan kotoran manusia) dll.

Maka, jadilah Jakarta menjadi kota yang seperti apa yang kita lihat sekarang ini. Seiring berjalannnya waktu, mungkin Jakarta akan semakin menangis memangku jutaan manusia yang menumpuk di pangkuannya.


Para ahli pun sekaliber Abang kumis pun gw rasa akan kerepotan membenahi Jakarta, sebab jarang disiplin ilmu yang dapat mengatasinya secara langsung. Apalagi konsep dan teori berbeda kenyataanya dengan fakta sebenarnya. Jadi, kembali tadi, akar masalahnya adalah jumlah penduduk yang terlalu banyak di Jakarta, sehingga susah diatur. Mereka tidak sebanding dengan aparat yang mengatur, tak sebanding dengan lahan, tak sebanding dengan lain-lainnya.


Oleh sebab itu, akar masalah sebenarnya adalah ledakan penduduk yang kian lama kian membahayakan. Maka, pemerintah atau lembaga terkait harus mengurusi ini. Inilah kira-kira yang menjadi unek-unek warga megapolitan, gampang stres..


PERMASALAHAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Permasalahan pada masyarakat kita saat ini banyak sekali macamanya disini saya hanya mengambil contoh dari beberapa permasalahan tersebut ...
Sering kali permasalahan tersebut kita rasakan akibat perilaku atau perebutan kepentingan masing-masing individu yang bersangkutan. Kepentingan itu bisa berkenaan dengan harta, kedudukan atau jabatan, kehormatan, dan lain sebagainya.
Misalnya, kesenjangan dalam pengupahan antara pekerja berdasarkan tingkat pendidikan yang di ambilnya karena biaya pendidikan di negara kita ini cukup mahal bagi kalangan masyarakat bawah walaupun sekarang ini sudah ada bantuan dari pemeritah. Ini dipicu tidak lain dari masalah keuangan pada keluarga masing-masing.

Nah itu yang terjadi pada masyarakat pada pendidikan, sekarang kita beralih pada contoh konflik yang terjadi di koja beberapa waktu lalu salah satunya dipicu oleh pemberitaan media massa. Pemberitaan yang terlalu bersemangat dan menyajikan peristiwa terlalu telanjang, membuat orang bisa salah memahami persoalan. Inti persoalan terletak pada buruknya komunikasi. Pemerintah provinsi seharusnya menyadari bahwa isu yang mereka tangani adalah isu yang sensitif. Termasuk memperbaiki terlebih dahulu lokasi makam sebelum akan melakukan penataan. Kemudian kita juga harus mengingatkan pentingnya kemampuan untuk melihat persoalan yang lebih luas. Konflik yang terjadi di Koja berpotensi menimbulkan kerusakan yang lebih besar karena banyaknya fasilitas strategis seperti tangki perbekalan minyak untuk Jakarta, pusat penampungan elpiji, dan produk-produk ekspor di sekitar kejadian. Ehmm tidak terbayangkan kerugian yang akan terjadi apabila fasilitas-fasilitas itu sampai terkena O_O . Dan pada akhirnya pada setiap konflik yang menjadi korban adalah masyarakat juga kan T_T. Trus bayangkan apabila Tanjung Priok sampai terbakar hebat akibat fasilitas strategis yang ikut terbakar, maka rakyat akan menjadi korban baik karena kehilangan nyawa maupun kehilangan pekerjaan. Disni dapat kita katakan bahwa Konflik Koja tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada hukum yang ditegakkan agar semua orang belajar bahwa tidak bisa kita berbuat semena-mena. Aparat pemerintah tidak bisa akan main pukul, sebaliknya masyarakat pun tidak boleh mengamuk yang tidak terkontrol :-O.

Dan pada waktu itu adanya tiga anggota Satuan Polisi Pamong Praja yang tewas menunjukkan adanya persoalan hukum di sana. Tugas polisi untuk menemukan siapa yang melakukan itu dan mereka yang telah menghilangkan nyawa orang lain harus dimintai pertanggungjawaban. Kalau nggak di dunia ini, yahhh di akhirat nanti mereka akan diminta pertanggungjawabankan ??.

Bagaimana pun negara harus berjalan dengan baik karena dengan itulah rakyatnya bisa meraih kehidupan yang lebih baik bukan :). Agar negara bisa berjalan baik dibutuhkan pemerintahan yang berfungsi baik. Berfungsi untuk mengarahkan sambil menghargai mereka yang berbuat baik dan sebaliknya menghukum mereka yang berbuat salah iyah apa enggak??. hiihih

Sekarang ini keadaan cenderung menjadi cair karena kurangnya keberanian untuk bersikap tegas. Hanya demi menjaga perasaan, kita sering kali membiarkan ketidakbenaran terus berlangsung. ehmm itulah yang terjadi pada masyarakat kita saat ini.

Budaya Menyimpang
Dalam prakteknya, yang menjadi masalah bagi banyak orang sepertinya bukan budaya itu punya kontribusi besar atau kecil atas peningkatan kinerja. Soal kontribusi ini sepertinya sudah bisa diamini. Yang menjadi masalah adalah adanya pola-pola praktek atau kebiasaan atau budaya kerja yang menyimpang.

Menyimpang dari apa? Tentu, menyimpang dari nilai-nilai dasar, menyimpang dari asumsi-asumsi logis atau menyimpang dari keyakinan atau menyimpang dari prosedur / pelajaran tertentu yang kita peroleh dari pengalaman. Satu dari penyimpangan itu, misalnya, para pendiri sudah menggariskan nilai-nilai dasar yang super fantastis luhurnya, seperti: kejujuran, tanggung jawab, peduli pelanggan, dan lain-lain, tetapi prakteknya adalah ketidakjujuran, lari dari tanggung jawab atau ketidakpedulian. Pendeknya: lain di konsep, lain di praktek.

Adanya penyimpangan yang kerap terjadi itulah yang oleh para ahli dikatakan bahwa budaya itu bukan pernyataan nilai-nilai yang kita tulis di tembok organisasi, bukan kalimat yang kita cantumkan di bawah logo, bukan jargon yang kita ucapkan di dalam rapat, tetapi yang kita buktikan dalam praktek atau "How we do things around here".

"An organisation s true culture is reflected in how its people behave, not on what is written on a value statement on the wall."

Bagaimana penyimpangan itu bisa terjadi? Masalah penyimpangan antara konsep yang kita nyatakan dengan praktek yang kita buktikan ini memang masalah klasik manusia. Meski begitu, ia tak pernah basi untuk diperbincangkan. Terkait dengan soal penyimpangan budaya ini, saya yakin setiap orang punya pandangan yang spesifik berdasarkan kasus di lapangan yang dihadapinya. Di sini saya hanya ingin menambahkan sedikit sebagai bahan untuk melakukan audit:

1. Kurang Keteladanan

Mentransfer pemahaman, nilai-nilai atau asumsi yang kita pedomani kepada orang lain (dalam bentuk orang banyak), itu sama pengertiannya dengan mendidik manusia (educating people). Dengan nilai-nilai yang kita pedomani itu kita ingin orang lain mempraktekkannya. Bukan begitu?

Nah, ketika sudah bicara pendidikan ini, maka peranan keteladanan sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Katanya, keteladanan itu bukanlah salah satu teori pendidikan, melainkan satu-satunya teori. Mendidik manusia memang tidak cukup dengan hanya memberi teladan, tetapi ruh pendidikan akan mati suri apabila keteladanan ini sudah hilang.

Kita bisa ambil contoh bagaimana keteladanan ini bekerja dalam lembaga pendidikan: universitas, akademi, pesantren, kursus, atau apa saja. Pada tingkat yang paling umum, kita bisa mengatakan semua lembaga pendidikan itu sama. Sama dalam arti pasti mengajak orang untuk menjadi yang lebih baik, dengan seperangkat peraturan, norma, kurikulum yang dibuat masing-masing lembaga.

Namun begitu, yang menjadi masalah di lapangan kerapkali bukan itu. Masalahnya adalah: ada lembaga pendidikan yang berwibawa dan ada yang tidak. Ada lembaga yang memang benar-benar terasa miliu edukasinya, tetapi ada yang sama sekali tidak terasa. Kurikulum sama. Peraturan sama. Keinginan sama. Tapi, kenapa wibawanya berbeda? Salah satu jawabnya adalah keteladanan. Saya kira inipun terjadi dalam perusahaan atau organisasi usaha.

2. Belum dijadikan pemahaman bersama
Selain karena faktor keteladanan, penyimpangan juga bisa terjadi karena nilai-nilai, asumsi, keyakinan, atau pengalaman sang pimpinan itu belum dijadikan materi yang "teacheable", sehingga bisa dijadikan pemahaman bersama. Namanya orang di dalam organisasi itu bermacam-macam. Ada yang sudah tersentuh dengan keteladanan tetapi ada yang sama sekali tidak tersentuh. Bahkan ada yang baru tersentuh setelah dikeluarkan SP.

Pengalaman saya ini mungkin juga pernah Anda saksikan. Ada suatu perusahaan di mana pimpinannya itu sangat disiplin, tidak banyak ngomong, dan jarang marah. Kalau menegur, selalu pakai bahasa kiasan yang menghibur. Orang luar mengenalnya dia adalah sosok yang sangat bijak. Tapi apa yang terjadi pada karyawannya? Sebagian karyawan yang mengerti akan malu kalau sedikit berbuat indisipliner. Tapi sebaliknya, karyawan yang ‘ndablek’ (low sensitivity), justru malah memanfatkan kepemimpinan yang "nyaman" itu. Kelemahlembutan sang pimpinan itu malah dimanfaatkan, bukan dihormati atau diteladani.

3. Kurang tangkas dalam menerapkan wewenang dan kekuasaan

Organisasi atau perusahaan jelas punya banyak kekuasaan. Power yang dimiliki perusahaan atas karyawannya tak cukup didetailkan dengan penjelasan Charles Handy. Intinya, dalam pengertian yang sangat luas, perusahaan memiliki banyak kekuasaan dan kewenangan dengan kemampuannya dalam memberi reward atau punishment sebagai tool untuk mendorong orang mengikuti nilai-nilai yang digariskan.

Yang ingin saya soroti secara spesifik berkaitan dengan kekuasaan ini adalah ketidaktangkasan perusahaan untuk memainkan reward dan punishment kepada orang yang mendukung dan kepada orang yang menyimpang. Perusahaan tidak memberikan reward yang lebih kepada orang yang sudah berbuat baik, pun juga tidak memberi hukuman kepada orang yang menyimpang atau melanggar. Di sini benih-benih chaos dan demotivator sosial muncul.

Saya pernah bertanya kepada seorang karyawati seputar hal ini. Katanya: "Di sini Pak, tak ada bedanya kita kerja jungkir balik dengan yang leha-leha. Gajinya sama saja. Bahkan kalau kita menunjukkan kelebihan, malah akan diperas. Malah akan disuruh menangani yang macam-macam". Saya menduga jawaban itu keluar sebagai respon atas kekurang-sensitif-an manajemen. Manajemen tidak peduli dengan orang yang sungguh-sungguh ingin berbuat baik, pun juga kurang memperhatikan orang yang sungguh-sungguh menyimpang atau berperilaku tidak supportif. Padahal, manajemen pasti punya kekuasan dan kewenangan untuk itu namun tidak digunakan dengan baik dan benar.

Mengatasi Penyimpangan

Mengatasi Saya yakin masalah penyimpangan budaya ini tidak bisa diselesaikan semudah membalik tangan. Namun begitu, bukan berarti tidak bisa diselesaikan. Cuma, pasti tidak ada solusi yang sifatnya one-off. Solusi itu berbentuk resep yang perlu dijalankan atau proses yang terus menerus. Nah, untuk sebagian kita yang sedang menghadapi masalah penyimpangan ini, saya ingin mengusulkan beberapa resep-berproses seperti di bawah ini:

1. Prioritas pada masalah

Penyimpangan seperti apa yang benar-benar mengancam? Penyimpangan seperti apa yang sudah benar-benar bertentangan dengan nilai-nilai, asumsi, keyakinan atau pengalaman hidup kita. Karena penyimpangan itu pasti banyak kalau dicari apalagi dicari-cari, maka sebaiknya kita perlu membuat prioritas penyelesaian penyimpangan.

Apa manfaatnya kita perlu berangkat dari prioritas penyimpangan? Ini untuk menghindari keinginan-keinginan yang ditunggangi dorongan keinginan atau mood sesaat. Terkadang, kita menginginkan situasi atau kondisi yang langsung baik dan sempurna dari seluruh segi yang sama persis seperti firman kitab suci, sama persis seperti saran konsultan, atau sama persis seperti khutbah para pakar manajemen di buku-buku. Padahal, secara resource, kita belum mampu ke sana. Kesempurnaan itu adalah upaya untuk selalu menyempurnakan kekurangan / penyimpangan.

Selain itu, memutuskan perbaikan yang dasarnya masalah, akan membuat keputusan kita lebih membumi, lebih memfokus, lebih riil sasarannya. Para motivator sering mengatakan pikiran ini akan bekerja lebih bagus kalau diberi sasaran yang lebih jelas, lebih spesifik, atau lebih terukur. Sebaliknya, ia akan "bingung" kalau disuruh memikirkan sasaran yang tidak jelas, terlalu normatif, atau terlalu abstrak.

2. Konseptualisasi

Seperti yang saya katakan di atas, agar kemauan kita itu menjadi pemahaman bersama, kita perlu mengkonsepkannya, menyatakannya dalam bentuk pedoman yang bisa dipahami orang lain. Beberapa organisasi memang telah memiliki rumusan tertulis dari nilai-nilai yang diinginkan untuk terwujud dalam praktek. Tetapi ini masih banyak juga yang belum memiliki.

Selain bisa menjadi instrumen pemahaman bersama, rumusan tertulis juga akan menjadi pedoman perlakuan. Ini supaya jangan sampai kita tidak care terhadap penyimpangan dan tidak care pula terhadap prestasi atau performansi kerja sebagian orang. Jangan sampai karyawan memendam kesimpulan: "Biar gimanapun ujung-ujungnya sama saja."

Mestinya, kalau kita menginginkan budaya yang positif dan lingkungan kerja yang mendukung, kita pun perlu mendukung (memberi reward) orang-orang yang sudah menunjukkan dukungannya. Dan pada saat yang sama, kita pun perlu memberikan punishment kepada orang yang terbukti menunjukkan penyimpangannya. Kelemahan kita, terkadang, kita menginginkan kebaikan, tetapi kurang appreciate pada orang yang baik dan lemah ATAU ignorance (tidak peduli / acuh tak acuh) menghadapi orang yang tidak baik.

3. Membuka fasilitas dan peluang pembelajaran
Pengalaman kita bersama menunjukkan bahwa untuk membuat orang melakukan sesuatu, ini membutuhkan effort yang jauh lebih banyak dibanding dengan membuat orang yang tidak tahu menjadi tahu. Yang terakhir ini cukup dengan diberi tahu melalui mulut atau tulisan. Adapun untuk yang pertama, apalagi jika yang kita inginkan menjadi budaya, pasti tidak cukup dengan identikasi masalah prioritas dan konseptualisasi keinginan.

Budaya menyimpang, perlu diluruskan melalui proses belajar yang benar agar hasilnya benar. Esensi mendasar dari prinsip pembelajaran ini adalah memperbaiki keadaan (mengubah ke arah yang lebih baik) dengan cara melakukan sesuatu (proses) berdasarkan masalah yang muncul dengan berbagai cara yang mungkin. Intinya, kita tidak melihat penyimpangan budaya yang terjadi sebagai sebuah kesimpulan akhir, melainkan sebagai sebuah proses untuk diperbaiki. Kita tidak melihat penyimpangan sebagai penyimpangan tetapi sebagai isyarat untuk melakukan perubahan dan pengembangan.Titik.

Adapun bentuk fasilitas itu bisa kita sesuaikan berdasarkan keadaan, kemampuan dan keinginan. Pokoknya, apapun fasilitas yang bisa menyentuh orang untuk terdorong memperbaiki keadaan (dirinya, orang lain, dan lingkungan), itu perlu kita buka, dari mulai yang paling mahal sampai yang paling gratis menurut ukuran kita. Ini misalnya saja, training, konseling, coaching, teaching, dialog, pertemuan rutin, pengawasan langsung, pengarahan, dan lain-lain. Semua orang bisa menjalani kegiatan ini, disesuaikan dengan konteks, keadaan, kemampuan, kesempatan dan kesulitan yang dihadapi. Tidak ada kata "buntu", tidak ada kata "tak ada jalan keluar"...semua pasti ada jalan keluar, asal mau belajar....Semoga bermanfaat !

Sumber :
http://www.e-psikologi.com/epsi/industri_detail.asp?id=314
http://nda-aping.blogspot.com/2010/05/permasalahan-pada-masyarakat-indonesia.html
http://forum.kompas.com/megapolitan/33323-masalah-utama-jakarta-meledaknya-jumlah-penduduk.html

Sunday, October 9, 2011

I Miss This Dance



















Emang berasa lama banget ga ikut tari saman lagi waktu sma. Gw seneng banget pas pertama kali tampil tari saman, apalagi kalo ada event, kompetisi, show dari pihak2 yang ngundang team TRACESA tercinta a.k.a Traditional Dance of Sapta Eka. Oh iya Sapta Eka itu artinya 71 dalam bahasa Sansekerta, yaa jadinya tari saman SMA 71.

Iyasiih ga salah lagi emang capek kok latihan melulu bahkan ada kali ya hampir seminggu penuh latihan terus. Tapi, yaa gapapa demi dapetin juara dari ekskul terfavorit dan paling eksis hehehe.

Bagian event yang paling gue suka kalo ada tawaran show atau job dari perusahaan. Lumayan kan dapet uang saku. Penampilan yang kita utamain pastinya kekompakan soalnya kalo udah salah dikit ya pastinya kacau semua, apalagi dilihat audience dari jauh.

Pernah pas bulan September, tim saman 71 ditawarin buat tampil di Madrid, Spanyol. Tawaran itu kita denger pas kita lagi show di JCC, Senayan. Tapi sayang banget tracesa ga jadi ikut tampil di sana soalnya bentrokan sama UAS. Gue udah bayangin kalo emang tracesa jadi kesana.. asyiiik kali yaaa... pasti ketemu bang Fabregas hehehehe langsung pingsan 100 tahun kali ya gue :D

Wednesday, October 5, 2011

All About My Self and My Life Around Me

Assalamu'alaikum. Perkenalkan namaku Ai Nenden Triana, biasa dipanggil Ai. Ai itu artinya Adik dalam bahasa sunda. Sedangkan nama Triana artinya ketiga karena aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Aku kelahiran Jakarta, 14 Mei 1993. Ibuku asal sunda-jawa dan Ayahku asli Sunda dari Garut. Aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Alhamdulillah aku lahir dengan selamat di RS Budi Kemuliaan. Big Thanks to Allah and my Mom! Kakak pertamaku bernama Kartika dan yang kedua bernama Adam. Sekarang aku tinggal bersama orangtuaku di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Aku pernah bersekolah di SDN 07, SMP 199 dan SMAN 71 Jakarta. Sekarang aku melanjuti ke pendidikan yang lebih tinggi di perguruan tinggi swasta Universitas Gunadarma. Dan akhirnya aku diterima di jurusan S1 Teknik Informatika. Alhamdulillah yah sesuatu banget..hehe.

Keseharianku adalah berolahraga di pagi hari tiap minggu,yaa atau disebut juga jogging pagi. Biasanya aku bermain bulutangkis bersama teman-teman saat aku menjalani ekstrakulikuler bulutangkis di SMAN 71. Selain itu, aku juga berpengalaman menjadi bagian dari penari Saman yang berasal dari Aceh sewaktu ekstrakulikuler. Perasaan bahagia banget selagi aku duduk di SMAN 71.. ya kumpul bareng temen-temen, belajar bareng, diskusi bareng, canda-candaan bareng. That's a sweet memory i'll never forget..

Ohiya, kebiasaanku yang paling kugemari adalah melukis. Sejak aku duduk di bangku sekolah dasar, aku memang suka menggambar. Mulai dari menggambar pemandangan, suasana, figur seseorang, dan masih banyak lagi. Tetapi, aku lebih senang melukis wajah manusia. Entah kenapa tidak lama kemudian kegemaranku itu membuahkan penghasilan yang cukup memuaskan. Alhamdulillah lumayanlah ada uang sendiri dari usaha sendiri juga.

Ketika aku di duduk di SMP 199, senangnya luar biasa aku bisa meraih juara 2 dan 3 di kelas. Memang dulunya aku termasuk anak kutubuku. Semakin banyak persaingan di kelas dalam mengejar nilai. Namun, kehidupan di sma jauh lebih menyenangkan buatku. Aku lebih mandiri dari sebelumnya.

Soal kehidupan di lingkungan sekitar rumah aku sangat rukun dan damai. Kita saling bertetangga dan silaturahmi. Orang-orang yang aku kenal di lingkunganku sangatlah ramah. Apalagi banyak remaja-remaja seumurku di lingkungan rumahku. Kita saling berkumpul dan bertukar cerita sehingga aku tidak merasa bosan jika ada mereka.

Sekarang aku sedang menjalani perkuliahan di Universitas Gunadarma jurusan S1 Teknik Informatika. Entah kenapa aku lebih menyukai teman-teman kuliahku karena aku merasa di kelas 1IA22 kompak sekali dan memiliki rasa solidaritas ke sesama teman. Banyak candaan di kelasku. Selain itu, keaktifan juga diterapkan di kelasku sehingga tidak hanya kekompakan yang dijalani tetapi kita juga ikut menyertai organisasi-organisasi yang ada di kampus. Seperti organisasi BEM FTI dan HIMTI. Ada divisi networking and security, programming dan divisi desain. Aku pun ikut serta ke dalam divisi desain. Dengan mengikuti divisi-divisi tersebut, aku mendapatkan ilmu seputar tema dalam masing-masing divisi.

Satu poin lagi yang ingin ku ceritakan tentang cinta. Hmm.. tiap manusia pasti memiliki emosi dalam diri masing-masing. Sangatlah wajar jika kita mencintai seseorang. Aku pun juga pernah menyukai seorang pria walaupun orang itu tidak sadar bahwa aku sangat menyukainya. Jika aku sedang "fall in love", pastinya aku curhat kepada teman dekatku yang mampu mendengar ceritaku dengan baik dan serius. Aku bukanlah tipe wanita yang genit. Ada yang bilang jika aku mendekati seorang pria, aku dibilang "cewek genit", padahal aku hanya belajar bersama dengannya. Aku berusaha menghormati jika ada yang menyukaiku dan berusaha bersikap biasa saja dan "respect" kepada orang yang kusuka maupun orang yang menyukaiku. Soal cinta aku serahkan kepada Yang Maha Kuasa. Harapanku bisa menemukan orang yang tepat sebagai pendampingku kelak.

Mungkin itu saja yang dapat aku ceritakan tentang diriku dan kehidupan lingkungan sekitar. Bagaimanapun juga aku sangat bersyukur apa yang telah dianugerahkan dari Allah SWT. Aku berusaha menjadi orang yang mempunyai prinsip qana'ah atau menerima apa adanya hidup di dunia. Salah satu impianku adalah membahagiakan orang tua dan tidak ingin merepotkan mereka. Oleh karena itu, keluarga sangat penting untukku dan semoga Allah memberikan kesehatan untuk mereka.

Wassalamu'alaikum wr. wb

Tuesday, September 27, 2011

Tentang Teknik Informatika

Program studi/jurusan Teknik Informatika berada di bawah naungan Fakultas Teknologi Industri bersama-sama dengan jurusan Teknik Elektro, Teknik Mesin dan Teknik Industri. Program Studi Teknik Informatika mempunyai visi dalam periode sepuluh tahun ke depan diproyeksikan untuk menjadi program studi yang terkemuka di bidang Teknik Informatika di Indonesia. Misi Program Studi yaitu menyediakan program pelatihan, pendidikan dan penelitian yang terbaik di bidang Informatika melalui pengembangan kurikulum akademik yang dinamis, fasilitas pendidikan dengan kualitas terbaik dan staf akademik, teknis dan administrasi pendidikan yang berkualitas.

Kurikulum disusun berdasarkan Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan program studi, berpedoman pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, dan Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, serta merujuk kurikulum yang dikembangkan oleh badan atau asosiasi di bidang Ilmu Informatika dan Komputer baik internasional maupun nasional, yaitu Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), Association for Computing Machinary (ACM), dan Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM)

Di samping itu, kurikulum dikembangkan untuk menjembatani gap antara dunia pendidikan informatika dengan dunia industri dan bisnis.

Dengan memperhatikan kebutuhan industri bisnis dan kerangka ilmu informatik, dapat dilihat hubungan keterkaitan antara perspektif industri, struktur ilmu infromatika dan fokus kurikulum yang dikembangkan sebagai berikut :

  • Mahasiswa yang tertarik menjadi ahli di bidang Informatika harus terlebih dahulu menguasai ilmu dasar (core knowledge) informatika.
  • Selanjutnya, mahasiswa harus memahami core knowledge, di sini Teknik Informatika akan banyak membahas teori dasar komputasi yang dibutuhkan.
  • Selanjutnya sesuai visi, misi, tujuan, dan kekuatan program studi, akan dikembangkan ilmu yang berorientasi pada penciptaan entitas yang siap terap bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini ilmu yang dikembangkan oleh program studi, di antaranya : sistem grafik komputer dan multimedia, konsep dan teknik penggalian data (data mining), rekayasa perangkat.

Berdasarkan hasil akreditasi yang dilakukan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Program studi/jurusan Informatika dinyatakan terakreditasi dengan Peringkat Akreditasi A (Baik sekali). Status tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 017/BAN-PT/Ak-VIII/S1/V/2004 tertanggal 7 Mei 2004.

Saturday, June 4, 2011

Yuli's



Yuli's



Uncle Sambas



The Eye



Summer Glam



Miserable



Paparazi



Run Away



Flying Away



Ice Dancing



Autumn Romance




Morten Harket



A Keen Eye









Britney Spears